Sejarah Nagari Campago berawal dari tiga orang pendatang dari daerah Dagek (Bukittinggi) yang sampai di balai Campago lama yang terletak di Campago Barat. Dikarenakan belum memiliki tempat tinggal mereka tinggal di bawah batang bunga Campago (bunga cempaka) yang tumbuh sangat besar. Di bannya batang bunga campago (cempaka) itulah mereka berlindung sebelum membawa keluarga mereka dan disana mereka juga membuat tempat tinggal. Oleh karena itu, nagari yang ditinggali oleh pendatang tersebut dinamakan Nagari Campago.
Pada tahun 1871 M, tiga orang pendatang tersebut membawa keluarga mereka untuk tinggal di Nagari Campago. Dikarenakan sudah ada keberadaan manusia di nagari tersebut, maka orang-orang dari daerah lainpun seperti VII Koto, Gunung Padang Alai, Kota Bangko dan lainnya juga datang dan menempati daerah tersebut.
Nagari Campago bersebelahan dengan Nagari kampung Dalam kedua daerah ini dibatasi oleh sungai yang bernama Sungai Batang Naras maka pada waktu itu masyarakat membuat sebuah jembatan bahannya terbuat dari batang kelapa sehingga hubungan antara Campago dengan Kampung Dalam lancar. Pada tahun 1946 M, terjadilah galodo (banjir besar) akibatnya jembatan tersebut runtuh sehingga hubungan antara Campago dengan Kampung Dalam terputus.
Sebelum dipimpin oleh pemerintahan nagari, daerah Campago dipimpin oleh empat orang Niniak Mamak untuk menjalankan pemerintahan. Empat orang itu bernama Rangkayo Maharajo Satie, Rangkayo Rajo Kinayan, Datuak Anjah Palawan, dan Datuak Lelo Dirajo.
Setelah kepemimpinan Niniak Mamak, pemerintahan pun mulai terbentuk. Pemimpin dahulu bernama Ungku Darek dan Ungku Damang. Ungku Darek merupakan Camat (sekarang) dan Ungku Damang merupakan Bupati (sekarang). Maka setelah itu dibentuklah lareh-lareh. Lareh tersebut dinamakan V Koto Kampung Dalam, yang terdiri dari Nagari Sikucur, Nagari Limau Puruik, Nagari Kudu Gantiang, dan Nagari Padang Alai.